Launching Buku Sang Penanti

Launching Buku Sang Penanti
City Ice Cream Cafe, Plaza Medan Fair

Kamis, 03 Maret 2011

Sang Penanti


KOMENTAR PEMBACA AWAL :
Di dalam buku Onet kali ini, begitu terasa aura kesedihan yang digambarkan pada setiap bagian ceritanya dan membuat saya seperti berada di dalam alur cerita itu sendiri. Memang sangat manusiawi bila kita mempunyai rasa sedih, kadang kala rasa sedih itu justru bisa jadi motivasi untuk bangkit seperti yang ditulis Onet pada prolog buku ini. (Gita Abiputranto, Katakita Films)

Saya selalu menaruh hormat yang tinggi kepada penulis yang mampu merefleksikan sebuah persoalan dengan bahasa sederhana dan jernih. Tidak hanya sederhana dan jernih, akan tetapi juga indah. Duapuluh kisah-kisah pendek di dalam buku ini, membawa saya pada perjalanan yang jauh dan menggetarkan.
(Hanna Fransisca, Penyair dan Prosais)

Sedikit sekali penulis yang mampu menciptakan karya jenis FF dengan sangat lihai. Dibutuhkan kecerdasan dalam menyiasati kalimat hingga mampu menciptakan karya mini dengan ending yang unpredictable. Sang Penanti, buku yang dahsyat. Saya sangat suka buku ini.
(Reni Erina, Managing Editor Story Teenlit Magazine)

Sesekali datar, namun tak menoreh lelah. Terkadang menyentak, tapi tak sampai menyesak jantung. Melalui gaya bertutur nan sederhana, kisah-kisah mini karya Onet ini mampu menggugah pikir pembaca dari lintas generasi.
(YS Rat, Redaktur Budaya “Rentak” Harian MedanBisnis)

“Tanpa bermaksud mengucilkan novel Onet yang terdahulu, flash fiction Sang Penanti seibarat tubuh yang lebih dewasa: lebih berdarah dan lebih berdaging. Tema yang orisinal boleh jadi mustahil untuk dikilapkan, tetapi tatkala segenap perangkat cerita dipacu-dilecut, maka sebuah karya akan memiliki mental dan karakter yang tahan banting.... Cerita memang tidak harus dianyam bak tikar pandan: sistematis sekaligus rapi. Tumpukan cerita harus didesak untuk menciptakan jalinannya sendiri, dibiarkan bermanuver, yang pada akhirnya melahirkan kesistematisan dan kerapiannya tersendiri. Agaknya Sang Penanti mulai, atau bahkan sudah menunaikannya.” Hasan Al Banna
(Penyair, Cerpenis dan Penulis Nonfiksi)